13. Mantra Tembang Selapanan.
Keadaan bayi yang lemah tak berdaya sangat bergantung kepada belas kasih, cinta dan perhatian bapak ibu serta orang-orang yang ada didekatnya. Mengingat bahwa anak adalah gadhuhane Pangeran, titipan Tuhan, apalagi ada Roh Allah didalamnya, maka mau tidak mau, orang-orang terdekat bertanggungjawab atas hidup si bayi agar mampu menghidupi Roh Allah yang hidup dalam kehidupannya si bayi. Keberadaan empat saudara yang membersamai saat bayi lahir dapat dimanfaatkan untuk mengiring, menjaga serta ngemong si bayi dalam menjalani proses kehidupan, manunggal dengan Roh Allah sampai kembali pada kekekalan.
Pada upacara selapanan, selain ubarampe (alat2, buah2an, makanan, lauk pauk dsb) yang adalah wujud fisik untuk keperluan sebuah upacara Selapanan, di kidungkan pula mantra tembang Kinanthi untuk tolak bala.
Yen nangis lare puniku
Lela-lelanen anuli
Supaya doh kang lelara
Sawap sawane alari
Tan wani anyedhakana
Saking rohkamate Hyang widi
Winacaa puji iku
Jim setan lumayu nggendring
Sarap sawane anyimpang
Panca baya pan sumingkir
Kala-kalane akesah
Datan wani amarani.
Saat anak menangis, segera digendhong dan dininabobokan, supaya jauh dari penyakit, serta semua hal buruk tidak berani mendekat dari Rahmat Tuhan.
Bacalah pujian itu, jim setan akan lari terbirit-birit, yang buruk menghindar, aral melintang tersingkir, yang jahat dan busuk akan pergi, tidak berani mendatangi.
Syair tembang tersebut adalah sebuah doa untuk memohon agar Tuhan Allah berkenan bekerjasama untuk menjaga anak yang dititipakan agar jangan sampai jatuh dalam pencobaan dan direbut oleh kuasa kegelapan.
(herjaka HS)
No Comments