Mantra Bayi
Waktu bayi lahir tali pusarnya masih terhubung dengan Ari-ari (Plasenta), oleh karenanya segera dipotong. Cara tradisional memotong tali pusar dengan menggunakan welat (kulit bambu wulung) dengan dilandasi kunir. Tali pusar yang tersisa di pusar setelah 5 hari atau sepasar akan mengering dan puput (lepas) dari pusarnya.
Sejak bayi lahir sampai dengan ‘puput puser’ setiap malam dibacakan mantra Tembang Dhadhanggula dua bait dengan syair berikut ini:
Ana kidung akadang premati
Among tuwuh ing kawastanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan wusananipun
Adi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Ngenakaken pangarah
Ponang getih ing rahina wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu-uyu sembawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujud ingwang
Terjemahan bebas: Ada kidung tentang empat saudara rahasia yang dinamakan:
1. Kakang Kawah tugasnya menjagaku, si bayi serta membantu mencapai apa yang diinginkan. 2. Adi Ari-ari tugasnya memayungi serta menuntun di jalan untuk mencapai tujuan. 3. Getih atau Darah, yang siang malam dijadikan Allah membantu menciptakan si bayi. 4. Puser berperan menyeimbangkan antara Uyu-uyu (petapa) yang selalu berdoa dan berpuasa dan Sembawa (harimau) yang selalu ingin makan. Keempat saudara tersebut menjadi satu dengan si Pancer, jati diri si bayi,
Mantra tembang tersebut sebagai ujud doa dan permohonan agar keempat saudara yang diciptakan Allah mengiringi lahirnya si bayi selalu menjaga, melindungi serta membantu perjuangan si bayi dalam menghadapi serta menyelaraskan kehidupan. (herjaka HS)
No Comments