10. Mantra Bayi

Mantra Bayi

Waktu bayi lahir tali pusarnya masih terhubung dengan Ari-ari (Plasenta), oleh karenanya segera dipotong. Cara tradisional memotong tali pusar dengan menggunakan welat (kulit bambu wulung) dengan dilandasi kunir. Tali pusar yang tersisa di pusar setelah 5 hari atau sepasar akan mengering dan puput (lepas) dari pusarnya.

Sejak bayi lahir sampai dengan ‘puput puser’ setiap malam dibacakan mantra Tembang  Dhadhanggula  dua bait dengan syair berikut ini:

Ana kidung akadang premati

Among tuwuh ing kawastanira

Nganakaken saciptane

Kakang kawah puniku

Kang rumeksa ing awak mami

Anekakaken sedya

Pan wusananipun

Adi ari-ari ika

Kang mayungi ing laku kuwasaneki

Ngenakaken pangarah

Ponang getih ing rahina wengi

Angrowangi Allah kang kuwasa

Andadekaken karsane

Puser kuwasanipun

Nguyu-uyu sembawa mami

Nuruti ing panedha

Kuwasanireku

Jangkep kadang ingsun papat

Kalimane pancer wus dadi sawiji

Nunggal sawujud ingwang

Terjemahan bebas: Ada kidung tentang empat saudara rahasia yang dinamakan:

1. Kakang Kawah tugasnya menjagaku, si bayi serta membantu mencapai apa yang diinginkan. 2. Adi Ari-ari tugasnya memayungi serta menuntun di jalan untuk mencapai tujuan.  3. Getih atau Darah, yang  siang malam dijadikan Allah membantu menciptakan si bayi. 4. Puser   berperan menyeimbangkan antara Uyu-uyu (petapa) yang selalu berdoa dan berpuasa dan Sembawa (harimau)  yang selalu ingin makan. Keempat saudara tersebut menjadi satu dengan si Pancer, jati diri si bayi,

Mantra tembang tersebut sebagai ujud doa dan permohonan agar keempat saudara yang diciptakan Allah mengiringi lahirnya si bayi selalu menjaga, melindungi serta membantu perjuangan si bayi dalam menghadapi serta menyelaraskan kehidupan. (herjaka HS)

No Comments

    Leave a Reply