Bumi Sriwedari H min 5
Gara-gara
Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap, lidah petir menjilat-njilat, gempa bumi tujuh kali sehari, hujan badai salah musim, samodera seperti dikibas-kibaskan, gunung berkelahi antar gunung. Alam meminta haknya sesuai dengan waktunya, karena selama ini tidak mendapatkan dari manusia.
Suasana sangat mencekam dan menakutkan, keadaan menjadi kacau-balau tidak terkendali. Karena memang tidak ada yang mampu mengendalikan alam.
Amukan alam akan mereda suasana kembali tenang dan damai penuh sukacita bersamaan dengan munculnya hati yang selalu tersenyum, penuh syukur dan sukacita, mampu menari-nari bersama badai, diwujudkan dalam bentuk Petruk. Disusul dengan datangnya kesederhanaan, ke hati-hatian serta kerendahan hati yang diwujudkan dalam rupa Gareng. Suasana berangsur-angsur tentram penuh canda-tawa dengan datangnya hati yang polos, jujur dan penuh dengan tawa-ria dalam rupa Bagong. Kemudian disempurnakan dengan arahan menyelamatkan dan nasihat luhur dari kuasa langit dalam rupa Semar.
Sebuah refleksi bagi semua yang berada dalam suasana mencekam, ketakutan, kekhawatiran serta ketidak pastian untuk dapat menemukan serta memunculkan Petruk, Gareng, Bagong dan Semar. Namun untuk menemukan mereka perlu sebuah laku dan perjuangan panjang berliku. Dikarenakan di jaman ini, jaman serba instan yang merajakan ‘harta dan jabatan dunia’ bukan lagi jaman mereka. Sehingga mereka berempat sulit ditemukan, karena tertimbun oleh reruntuhan moral dan nilai-nilai luhur yang sudah tidak terpakai.
#bumi#sriwedari#menujupamerantunggalherjakahs
No Comments